Selasa, 05 Mei 2009

PERANGKAP TIKUS

Kita semua terperangkap dalam masa lalu,
Kita selalu saja mengatakan bahwa andai kata masa lalu saya tidak demikian tentunya sekaran saya tidak begini.
Tidakkah kita berfikir bahwa apa dan bagaimana kita sekarang ini sebenarnya memang yang terbaik untuk kita.
Kita yang sekarang ada pada detik ini adalah kita dalam keadaan yang terbaik. Maksud saya adalah bahwa kita memang sedang berjalan suatu jalur yang pasti. Contoh gamblangnya adalah sebagai berikut : Karena menonton piala dunia dini hari tadi, Budi menjadi terlambat bangun, dengan demikian ia terlambat pula berangkat ke kantor. Di tengah jalan, ia melihat kecelakaan lalu lintas dimana sebuah motor ditabrak oleh sebuah bus antar kota. Dalam kejadian itu Budi menyaksikan sendiri tabrakan yang naas tersebut dan juga korban pengendara sepeda motor yan keadaan tubuhnya tidak lagi lengkap karena sempat terseret oleh bus tersebut. Budi yang seumur hidupnya belum pernah melihat secara langsung mayat manusia tentu saja merasa mual, apalagi keadaan mayat ini sangatlah mengerikan.
Kejadian tabrakan yang memacetkan lalu lintas ini sudah barang tentu menambah keterlambatan Budi, hingga akhirnya ia kehilangan seorang klien yang tadinya akan menggunakan jasanya untuk menangani sebuah proyek. Akhirnya Budi terduduk lesu di ruang kerjanya sambil berandai-andai tentang keterlambatannya.
Kehilangan seorang klien ini bagi Budi adalah merupakan hal yang sangat merugikan belum lagi pengalaman pertamanya melihat secara langsung mayat manusia berlumuran darah dalam keadaan tidak lengkap, singkat kata Budi benar-benar merasa hari itu merupakan hari yang buruk baginya.
Pertanyaannya : Apakah apabila Budi merubah salah satu susunan kejadian dalam awal harinya itu maka ia akan terhindar dari kesialan? Apakah dapat dipastikan apabila ia tidak menonton piala dunia hingga dini hari maka tidak akan terlambat sehingga tidak melihat korban yang menurut Budi sangatlah menyeramkan itu? Apakah ia juga dapat dipastikan bahwa ia tidak akan kehilangan klien?
Bukankah kejadian yang sebaliknya mungkin juga terjadi? Bahkan besar juga kemungkinan bahwa Budi mendapatkan sesuatu yang lebih sial dari hanya sekedar pengalaman pertama melihat mayat manusia dan kehilangan klien. Bukankah bisa terjadi justru karena ia berangkat ke kantor tepat waktu, malahan ia sendiri yang mengalami kecelakaan? Bahkan karena ia bertemu dengan kliennya, Budi malahan kehilangan Istrinya karena (misalnya) si kelien menjadi sering datang ke rumah Budi dan lama kelamaan ia merasa tertarik kepada istri Budi?
Semua hal ini bisa terjadi bukan?
Jadi apakah kita masih yakin bahwa kita yang sekarang ini sebenarnya masih bisa lebih baik lagi andaikata kita merubah susunan kejadian demi kejadian dalam kehidupan kita sebelumnya?
Memang hal ini sekilas terasa sangat pasrah, bahwa kita sudah ditakdirkan menjadi begini dan begitu, sehingga kita tidak dapat lagi merubahnya, bahwa kamanapun kita adalah sebatas berlari maka itu memang bagian dari garis kehidupan kita.



Saya sering berfikir, ketika seseorang memiliki pikiran bahwa ia akan merubah kebiasaan lamanya yang banyak merugikan dirinya sendiri, apakah ini memang suatu perubahan yang berhasil ia lakukan sehingga sekarang ia menjadi seseorang yang lebih baik, atau perubahan itu memang sudah ada dalam garis hidupnya?

Bentuk kepasrahan, atau perlawanan pasif?

Mengenai Saya

Pengikut